Campbell’s Law menyatakan metrik pengambilan keputusan sosial mudah rusak dan memicu korupsi.
Sistem pemilihan transparan rentan dimanipulasi sehingga otoritas dipegang oleh yang pandai bermain sistem.
KPI membatasi politicking di perusahaan, namun metrik kuantitatif memiliki keterbatasan kompleksitas.
Seleksi acak menghilangkan insentif manipulasi, memutus jaringan kroni, dan membuka peluang merit sejati.
Implementasi seleksi acak meliputi dewan pengawas acak, pemilihan kandidat acak, komite berlapis, dan audit acak.
Masalah kompetensi, akuntabilitas, dan skala dapat diatasi lewat pelatihan, transparansi, review, dan nested lotteries.
Contoh sukses meliputi juri, Republik Venesia, Athena Klasik, assembly warga modern, dan grand juries di Georgia.
Seleksi acak mencegah stagnasi intelektual dan korupsi, serta meningkatkan keberagaman dan ketahanan institusi.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"