Peluncuran seri RTX 50 disambut dengan masalah stok, bot scalper, dan harga pasar sekunder jauh di atas MSRP.
Beberapa GPU RTX 50 series diproduksi cacat dengan ROP kurang hingga mengurangi kinerja sekitar 4%.
Desain 12VHPWR pada kartu RTX 40/50 rentan meleleh karena distribusi arus yang buruk dan tidak ada pemantauan berkelanjutan.
Penggunaan konektor daya baru juga menyebabkan masalah kompatibilitas ruang di casing PC dan merusak kabel jika tidak terpasang dengan benar.
Teknologi eksklusif NVIDIA seperti DLSS, CUDA, NVENC, dan G-Sync menciptakan vendor lock-in dan merugikan pengguna lain.
RTX 50 series memutus dukungan PhysX 32-bit, merusak kompatibilitas game lawas dan pelestarian game.
DLSS dan generasi frame dipasarkan berlebihan, menghasilkan kualitas gambar kabur meski klaim peningkatan performa tinggi.
NVIDIA menekan media dengan ancaman pencabutan akses review untuk memaksa narasi positif.
Dominasi pasar GPU mencapai lebih dari 90% mencerminkan posisi monopoli yang merugikan konsumen PC dan developer game.
Kompetitor seperti AMD dan Intel belum mampu menyaingi di segmen kelas atas sehingga monopoli NVIDIA tetap sulit dipisahkan.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"