Penulis menimbun ratusan simile dari berbagai sumber karena kesenangan dan ingin mengklasifikasikannya.
Simile dapat sangat baik atau sangat buruk; contoh keindahan datang dari Wodehouse dan Chandler, sedangkan contoh buruk sering muncul dalam fiksi modern, terutama adegan seks.
Simile epik (Homerik) memanjang hingga beberapa baris, menciptakan adegan dramatis yang luas.
Metafora berbeda karena tidak memakai kata "seperti" atau "bagai"; ia mengubah satu benda menjadi benda lain dalam imajinasi pembaca.
Kekuatan metamorfosis kata berasal dari masa kanak-kanak ketika bahasa terasa magis, dan penulis dewasa masih memanfaatkannya.
Contoh dari Eliot, Donne, Updike, dan Joyce menunjukkan perpaduan simile, metafora, dan simile panjang untuk mencapai efek visual yang kuat.
Tujuan utama penggunaan simile dan metafora adalah membantu pembaca benar-benar "melihat" apa yang digambarkan penulis.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"