Pasien dengan penyakit kronis sering merasa tes medis tidak menggambarkan sensasi internal mereka secara memadai.
Pentingnya bahasa deskriptif (kualitatif) sebelum melakukan pengukuran numerik (kuantitatif).
Biomarker memberikan data kuantitatif tetapi tetap tidak menangkap pengalaman subjektif penyakit.
Alat ukur seperti skala nyeri dan Bell CFIDS masih kurang presisi dan belum sepenuhnya tervalidasi.
Pasien menghadapi kesulitan sehari-hari yang tidak tercatat dalam catatan medis, seperti perubahan selera makan, ketidaknyamanan pakaian, tremor, dan isolasi sosial.
Kesenjangan linguistik antara pasien dan dokter menimbulkan ketakutan dan kesedihan yang perlu diatasi bersama.
Kolaborasi antara pasien dan tenaga medis diperlukan untuk menciptakan kata dan ukuran yang akurat mencerminkan realitas internal.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"