Meskipun sekitar 70% kantor menggunakan tata letak terbuka, struktur ini justru merugikan produktivitas.
Studi 1997 di Kanada menemukan peningkatan stres, penurunan kepuasan, rasa kedekatan, dan produktivitas setelah pindah ke kantor terbuka.
Tinjauan 2011 menyimpulkan kantor terbuka merusak konsentrasi, kreativitas, motivasi, dan kepuasan meski memupuk rasa misi simbolik.
Interupsi rekan kerja terbukti menurunkan produktivitas, terutama pada karyawan senior.
Kurangnya privasi dan kontrol lingkungan kerja menimbulkan perasaan tidak berdaya dan menurunkan kohesi tim.
Penelitian di Denmark mengungkap peningkatan cuti sakit hingga 62% pada kantor terbuka dibanding kantor pribadi.
Kebisingan kantor terbuka menurunkan performa kognitif, daya ingat, dan meningkatkan hormon stres.
Musik yang diputar untuk meredam kebisingan justru memperburuk ketajaman mental.
Pekerja muda yang multitasking tetap merasa terganggu dan mengalami penurunan kinerja meski menikmati suasana santai.
Kebiasaan multitasking memperburuk kemampuan memblokir gangguan dan memperlambat pemulihan fokus.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"