Investasi pusat data AI tumbuh sangat pesat, kontribusinya terhadap GDP melebihi belanja konsumen dan mendekati level puncak infrastruktur telekomunikasi 1990-an di Amerika Serikat.
Sejarah infrastruktur besar seperti rel kereta api dan jaringan telekomunikasi menunjukkan bahwa investasi berlebih dapat berujung pada crash meski memberikan manfaat jangka panjang.
Jika pertumbuhan pendapatan industri AI tidak sebanding dengan lonjakan belanja modal, risiko crash data center dapat memperlambat ekonomi dan merugikan pemegang saham Big Tech.
Pendanaan belanja modal AI semakin dipenuhi melalui penerbitan utang dan kredit swasta yang tumbuh cepat serta bersifat tidak transparan.
Pertumbuhan dana kredit swasta menyalurkan pinjaman ke pusat data, meningkatkan eksposur bank dan perusahaan asuransi terhadap risiko default berkorelasi tinggi.
Empat kondisi krisis finansial mulai terbentuk: narasi “this time is different”, lonjakan utang terfokus di satu sektor, ekspansi kredit swasta yang opak, dan keterkaitan lembaga keuangan sistemik.
Beberapa pemimpin industri perbankan, termasuk CEO JP Morgan Jamie Dimon, sudah mengingatkan potensi risiko kredit swasta bisa memicu krisis finansial berikutnya.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"