Majalah The New Yorker sudah memuat kartun sejak terbit 100 tahun lalu dan karya gambar satir bahkan sempat lebih digemari daripada tulisan.
Proses kreatif kartunis melibatkan banyak coretan, pengamatan, kesalahan, serta produksi kartun jelek sebelum menemukan ide yang pas.
Setiap minggu para kartunis mengirim satu ‘batch’ sketsa ke editor; lebih dari 100 seniman bersaing dan mayoritas sketsa ditolak, tetapi penolakan mendorong eksperimen.
Jika sebuah sketsa dibeli, seniman biasanya harus menggambar ulang beberapa kali; kadang sketsa kasar justru terasa paling hidup.
Penulis sedang membuat film dokumenter berjudul “Women Laughing” yang merekam kartunis—seperti Roz Chast dan rekan—menggambar bersama sambil berdiskusi dan tertawa.
Proses seleksi dan cara kerja para kartunis praktis tak berubah selama satu abad.
Film tersebut mencari dana pasca-produksi lewat Kickstarter, dengan hadiah cetakan bertanda tangan.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"