Ada tiga jenis leverage—tenaga kerja, modal, dan kode—dengan tingkat percepatan berbeda.
Aktor yang memakai leverage kode dan modal dapat mengubah masyarakat jauh lebih cepat daripada institusi tradisional yang bergantung pada leverage tenaga kerja.
Kesenjangan kecepatan ini menciptakan ‘arbitrase leverage’ di mana sumber daya dan perhatian dieksploitasi sebelum institusi mampu merespons.
Dampaknya adalah erosi commons institusional seperti kepercayaan publik, norma demokrasi, relevansi pendidikan, dan mobilitas ekonomi.
Contoh fenomena: TikTok mengubah pola perhatian remaja, gaji tinggi Google mengurangi kewirausahaan, media sosial mempengaruhi diskursus publik, dan AI diluncurkan tanpa kerangka sosial yang matang.
Regulasi dan kurikulum tampak selalu ketinggalan karena dirancang untuk masalah linier, bukan sistem algoritmik real-time.
Siklus negatif terjadi: kegagalan institusi mendorong lebih banyak aktor beralih ke leverage tinggi, yang makin memperdalam kerusakan.
Solusi yang diusulkan adalah ‘literasi leverage’, desain organisasi yang menjembatani semua tingkat leverage, dan metrik keberhasilan jangka panjang agar kemajuan teknologi tetap selaras dengan kapasitas koordinasi sosial.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"