Sensor kamera dan mata manusia memiliki respons spektral berbeda, sehingga warna yang ditangkap kamera tidak sesuai penglihatan manusia.
Filtres Bayer pada kamera menghasilkan persepsi warna berdasarkan rasio kecerahan piksel RGB, bukan respons sel kerucut mata.
Sensor kamera sensitif terhadap inframerah (IR) yang tak terlihat mata, sehingga bintang dingin infrared tampak merah muda pada foto.
Emisi H-alpha pada 656 nm dan H-beta pada 486 nm membuat awan gas hidrogen terlihat berbeda antara mata (pink) dan kamera (merah).
Garis emisi oksigen terionisasi pada 500,7 nm muncul sebagai cyan pada sensor, meski mata melihatnya hijau kebiruan.
Matriks kalibrasi warna hanya meningkatkan saturasi, tapi tidak memperbaiki kesalahan warna yang disebabkan respons spektral.
Di ruang angkasa, sumber cahaya tidak seragam sehingga pengaturan white balance standar tidak mewakili kondisi nyata.
Solusi praktis adalah membiarkan warna sesuai filter kamera dan menetapkan white balance berdasarkan galaksi spiral rata-rata.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"