AI kini berada di titik jenuh dan tidak akan setinggi ekspektasi pendukung maupun skeptiknya.
95 persen perusahaan yang menerapkan AI belum melihat imbal balik investasi yang berarti.
Hanya 5 persen alat AI kustom mencapai tahap produksi, dan AI dominan dipakai untuk tugas sederhana seperti menyusun email.
Chatbot sering lupa konteks, tidak belajar, dan tak bisa berkembang, sehingga tidak cocok untuk pekerjaan kompleks atau jangka panjang.
Biaya layanan AI diperkirakan meningkat sepuluh kali lipat tahun depan, menimbulkan pertanyaan apakah masih layak digunakan untuk tugas dasar.
Commonwealth Bank of Australia menarik kembali karyawan manusia setelah AI gagal menangani peningkatan volume panggilan pelanggan.
Model AI terbaru seperti ChatGPT-5 terbukti sering membuat kesalahan dan belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Saham perusahaan AI mulai turun, menandakan gelembung AI perlahan kempis dan investor bisa merasa rugi nantinya.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"