Pemerintah AS sejak tahun 2004 mendorong adopsi EHR lewat insentif HITECH namun mengabaikan interoperabilitas awal.
Sistem EHR terfragmentasi dengan banyak penyedia dan vendor berbeda sehingga informasi medis sulit dibagikan.
Kurangnya kegunaan (usability) EHR membuat dokter menghabiskan 3,5–6 jam sehari untuk entri data, mengurangi waktu tatap muka pasien.
EHR memicu kelelahan klinis (burnout) dengan 54% dokter merasa kepuasan profesional terpengaruh dan 71% menyebut kontribusi pada burnout.
Janji penghematan biaya besar tak tercapai; studi menunjukkan tidak ada bukti kuantitatif signifikan di tingkat nasional.
Keamanan siber terabaikan sejak awal, menyebabkan ribuan pelanggaran data dan biaya rata-rata insiden mencapai hampir $10 juta.
Interoperabilitas masih lemah; hanya 43% rumah sakit bertukar data secara rutin dan larangan penggunaan UPI memperberat.
Upaya perbaikan melalui 21st Century Cures Act, TEFCA, dan konsolidasi vendor diharapkan meningkatkan interoperabilitas.
Teknologi AI baru menjanjikan solusi tulis otomatis (Artificial Scribes) namun keberlanjutan dan dampaknya masih belum pasti.
Diperlukan pendekatan rekayasa sistem menyeluruh untuk mewujudkan visi rekam medis digital yang aman, terintegrasi, dan berguna bagi perawatan pasien.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"