Tragedi commons menyatakan bahwa akses bebas ke sumber daya terbatas mendorong individu mengeksploitasi berlebihan hingga merusak manfaat bagi semua.
Istilah dipopulerkan oleh esai Garrett Hardin tahun 1968, namun akar ide berasal dari Aristoteles dan William Forster Lloyd.
Hardin menyoroti contoh padang gembalaan, ledakan populasi, dan polusi, serta menyerukan “koersi bersama” atau aturan kolektif untuk mencegah keruntuhan sumber daya.
Penelitian Elinor Ostrom dan lainnya menunjukkan tragedi tidak bersifat tak terhindarkan; komunitas lokal sering berhasil mengelola sumber bersama melalui aturan adat dan pengawasan internal.
Solusi yang dibahas meliputi privatisasi, regulasi pemerintah, pengendalian populasi, insentif, hukuman altruistik, dan model kerjasama sukarela.
Kritik menilai Hardin mengabaikan sejarah pengelolaan umum yang efektif, berpijak pada asumsi keliru, serta dituding berbau rasis dan pro-privatisasi.
Konsep diterapkan pada isu modern seperti perikanan, hutan, air, atmosfer, data digital, pandemi COVID-19, dan resistensi antibiotik.
Faktor psikologis, urutan pengambilan, reputasi, struktur kelompok, serta budaya memengaruhi apakah orang akan bekerjasama atau merusak commons.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"