Mahkamah Agung mengandalkan shadow docket untuk memutus berbagai permintaan darurat Trump dengan cepat tanpa penjelasan publik.
Mayoritas konservatif 6-3 di bawah pimpinan John Roberts memberi kemenangan beruntun kepada Trump, meski beberapa kebijakan berpotensi melanggar hukum konstitusi dan undang-undang kongres.
Rulings sementara itu berpotensi menyebabkan dampak besar bagi jutaan orang, termasuk pemecatan pegawai federal, penyingkiran personel transgender di militer, dan deportasi paksa ke negara berbahaya.
Ahli hukum dan hakim seperti J Michael Luttig dan Sonia Sotomayor menuduh Roberts mengkhianati prinsip rule of law dan mendukung tindakan inkonstitusional eksekutif.
Karier Roberts sejak staf pemerintahan Reagan hingga menjadi Chief Justice menunjukkan konservatisme mendalam yang memengaruhi arah keputusan mahkamah.
Keputusan Trump v US yang ditulis Roberts memberi presiden kekebalan absolut, merusak akuntabilitas eksekutif.
Terdapat jurang antara citra Roberts sebagai “wasit” netral dan kebijakan ekstrem yang disahkan mahkamah di masa kepemimpinannya.
Kebijakan izin jurusan eksekutif tanpa kontrol legislatif dan intervensi terhadap pengadilan tingkat rendah menandakan pergeseran jauh dari prinsip konstitusi AS.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"