Musisi kelas menengah kesulitan mendapat keuntungan karena kontrak 360 dan label menahan pendapatan hingga balik modal.
Pendapatan dari streaming sangat rendah (kurang dari setengah sen per putar), sehingga hanya sedikit lagu menghasilkan royalti berarti.
Biaya tur yang melonjak pasca-pandemi—termasuk gas, visa, dan akomodasi—membuat pertunjukan langsung sering merugi.
Hibah pemerintah membantu sebagian musisi, tetapi alokasinya terbatas, ketat bersaing, dan pendanaannya terus dipangkas.
Industri saat ini dikuasai label besar dan platform streaming yang memegang hak katalog dan mengambil sebagian besar pemasukan.
Artis terdorong mengadopsi model pendapatan alternatif seperti komisi lagu, penjualan langsung mp3, dan kampanye #MyMerch.
Solusi jangka panjang memerlukan advokasi kolektif artis, kebijakan CanCon untuk platform streaming, dan distribusi pendapatan yang lebih adil.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"