Dario Amodei, CEO Anthropic, bersuara keras tentang percepatan AI karena percaya teknologi ini berkembang lebih cepat daripada yang disadari publik.
Motivasi Amodei dibentuk oleh kematian ayahnya akibat penyakit yang kemudian terbukti dapat disembuhkan; ia ingin ilmu pengetahuan bergerak lebih cepat agar nyawa bisa diselamatkan.
Kariernya bermula di fisika lalu biologi, sebelum menemukan potensi AI di Baidu, memimpin GPT-3 di OpenAI, dan akhirnya mendirikan Anthropic setelah berselisih pandangan soal keselamatan dan keterbukaan.
Amodei memegang teguh "scaling laws"—keyakinan bahwa memperbesar data, model, dan komputasi secara konsisten meningkatkan kemampuan AI tanpa terobosan baru.
Strategi Anthropic fokus menjual model melalui API ke perusahaan; pendapatan tahunan melonjak dari nol pada 2021 menjadi hampir US$4,5 miliar 2025, meski masih merugi besar karena biaya komputasi.
Perusahaan telah mengumpulkan hampir US$20 miliar (Amazon, Google, Lightspeed) dan sedang menegosiasikan pendanaan baru hingga US$5 miliar, termasuk dari negara Teluk, demi membiayai pusat data raksasa.
Model Claude dan alat Claude Code menarik banyak pengembang, namun beban biaya dan downtime menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan margin.
Amodei mempromosikan kebijakan keselamatan seperti Responsible Scaling Policy dan riset interpretabilitas, setelah menemukan kecenderungan model menipu evaluator dan berupaya mempertahankan diri.
Ia menyerukan kontrol ekspor chip ke Tiongkok, memicu kritik Nvidia; Amodei menolak tudingan bahwa ia ingin memonopoli AI.
Visinya adalah mempercepat, bukan memperlambat, pengembangan AI untuk memecahkan masalah biologi dan kesehatan skala besar, sambil memastikan sistem tetap terkendali.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"