Visi sempurna sebelum berkarya hanya ada di imajinasi dan tidak nyata.
Perbedaan antara selera (taste) dan keterampilan (skill) membuat pencipta sering menilai hasil sendiri terlalu keras.
Produktif menghindar terjadi ketika perencanaan dan riset menggantikan aksi nyata.
Kuantitas karya buruk akan mengembangkan keahlian dan menghasilkan karya berkualitas.
Otak memberi hadiah saat berimajinasi, sehingga perencanaan bisa terasa seperti prestasi palsu.
Media sosial menampilkan hasil akhir tanpa proses gagal, menciptakan ilusi kesempurnaan instan.
Titik berhenti muncul saat semangat awal padam, menguji ketahanan dan komitmen pencipta.
Menurunkan taruhannya dan menerima kegagalan awal penting untuk belajar dan berkembang.
Filosofi Do-Learn menegaskan bahwa melakukan adalah bagian dari proses pembelajaran yang berkelanjutan.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"