Penulis bersedia melakukan segala cara kecuali membangun rumah baru atau mengubah kebijakan zonasi untuk mengatasi tunawisma.
Hanya melakukan tindakan simbolis seperti memberi sandwich sekali setahun dan memposting pernyataan bombastis demi citra diri.
Lebih memprioritaskan kepentingan diri dan nilai properti, takut tunawisma menurunkan harga rumah.
Menentang pembangunan perumahan terjangkau meski hidup dalam kemewahan dan menikmati privilese ekonomi sejarah.
Mengkritik konsentrasi kekayaan dan gentrifikasi yang melanggengkan ketidaksetaraan, namun enggan berkontribusi solusi nyata.
Takut jika tunawisma diberi rumah, mereka akan berorganisasi dan memicu perubahan sosial progresif.
Artikel bersifat satir, mengekspos hipokrisi elit yang mengaku peduli tapi tolak solusi fundamental.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"