Bukti ilmiah tentang dampak negatif waktu layar pada kesehatan mental dan otak anak masih lemah dan tidak konsisten.
Sebagian besar penelitian bergantung pada laporan diri sehingga rentan bias; korelasi tidak otomatis menunjukkan sebab-akibat.
Jenis dan konteks penggunaan layar penting: konten positif bisa bermanfaat, sedangkan doomscrolling atau penggunaan sendirian dapat merugikan.
Studi pencitraan otak berskala besar belum menemukan kerusakan kognitif akibat layar, tetapi percobaan pembatasan layar menunjuk perbaikan gejala psikologis.
Ilmuwan terbelah; sebagian khawatir pembatasan ketat membuat gawai jadi "buah terlarang", sementara pihak lain menyerukan larangan hingga usia tertentu.
Pedoman resmi berbeda-beda dan kurang data pasti, membuat orang tua bingung serta rentan rasa bersalah.
Risiko spesifik seperti konten berbahaya dan perundungan daring tetap ada, tetapi perdebatan sering mengabaikan kualitas serta konteks penggunaan layar.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"