Penulis membandingkan ‘vibe coding’ berbasis LLM dengan industri fast fashion yang menghasilkan produk murah namun berkualitas rendah.
LLM mampu menulis kode cepat untuk kebutuhan sederhana, tetapi sering tidak teroptimasi, ketinggalan versi, buruk dalam desain arsitektur, dan gagal di skenario kompleks.
Kemudahan membuat kode tanpa batasan akan memperparah penumpukan fitur, kompleksitas, serta biaya pemeliharaan, menjadikan kode sebagai liabilitas.
Paralel dengan fast fashion: produksi murah memicu banjir software berkualitas rendah yang sulit diperbaiki, menimbulkan polusi ekosistem dan risiko keamanan bagi pengguna.
Tidak realistis berharap LLM memperbaiki kerentanan serius secara cepat; kualitas perangkat lunak tinggi akan makin sukar ditemukan di tengah ‘noise’.
Industri butuh definisi formal dan metrik mutu seperti ‘kode sederhana’, ‘terpelihara’, dsb.; ke depan reputasi profesional dan sertifikasi mungkin menjadi penting.
Pada akhirnya, tanggung jawab atas kerusakan tetap pada manusia pengembang, bukan mesin AI.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"