Penaklukan Norman pada 1066 menyebabkan bahasa Prancis menggantikan bahasa Inggris dalam penulisan dan membawa kebiasaan menulis bunyi baru dengan huruf ganda daripada diakritik.
Sastrawan Norman menggunakan kombinasi huruf seperti sh, th, ee, oo, ou untuk menandai bunyi yang tidak ada dalam alfabet Latin.
Setelah munculnya mesin cetak dan semangat Renaissance, Prancis mengadopsi diakritik seperti acute accent (´) dan cedilla (¸) untuk membedakan bunyi e dan c dengan tujuan konsistensi ejaan.
Di Inggris, upaya reformasi ejaan radikal gagal karena ketiadaan otoritas pusat, sehingga sistem ejaan Norman yang sudah ada dipertahankan oleh para pencetak.
Kebiasaan Norman dalam menambah huruf untuk bunyi baru membuat bahasa Inggris menjadi tahan terhadap penerapan diakritik hingga saat ini.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"