Perubahan iklim memicu peningkatan turbulensi clear-air yang tidak terlihat oleh radar dan satelit sejak 1979 hingga 55% lebih tinggi.
Turbulensi diperkirakan akan tiga kali lipat pada 2050-an, khususnya di rute Asia Timur dan Atlantik Utara.
Turbulensi menyebabkan risiko cedera penumpang, kerusakan struktur pesawat, dan peningkatan konsumsi bahan bakar.
Flaplets inovatif pada sayap pesawat dapat mengurangi beban turbulensi yang dirasakan penumpang lebih dari 80%.
AI dan machine learning digunakan untuk mengendalikan aliran udara dengan synthetic jets guna menstabilkan pesawat.
Sensor seperti mikrofon infrasound dan Lidar 3D sedang dikembangkan untuk deteksi turbulensi hingga ratusan kilometer.
Kemampuan prediksi turbulensi meningkat dari 60% menjadi 75% dibanding dua dekade lalu, namun data masih sulit diakses.
Platform seperti Turbulence Aware dan aplikasi Turbli menyediakan data turbulensi real-time bagi maskapai dan penumpang.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"