Peneliti memrogram agen AI sederhana agar mengalami 'rasa bersalah' berupa pengurangan skor setelah melakukan tindakan egois dalam permainan dilema tahanan berulang.
Strategi dengan rasa bersalah (DGCS) menjadi dominan dan mendorong kerja sama ketika biaya bersalah rendah dan interaksi hanya dengan tetangga.
Rasa bersalah diaktifkan hanya jika agen melihat lawannya juga menanggung biaya yang sama, mencegah eksploitasi sepihak.
Studi menunjukkan emosi fungsional seperti rasa bersalah bisa bertahan dan menyebar di populasi AI, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan antarmesin dan manusia.
Para ahli menegaskan hasilnya masih simulatif; di dunia nyata AI dapat memalsukan penyesalan tanpa transparansi atau biaya yang nyata.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"