Los Algodones, dijuluki Kota Molar, memiliki lebih dari seribu dokter gigi untuk 5.500 penduduk dan menarik lebih dari satu juta pasien, mayoritas warga Amerika, setiap tahun.
Kota ini berubah dari pusat hiburan malam dan penyelundupan menjadi destinasi wisata medis sejak dr. Bernardo Magaña membuka klinik gigi pertama pada 1969 dan kemudian menertibkan bisnis maksiat sebagai walikota.
Biaya perawatan di Los Algodones sangat murah: misalnya 10 tambalan seharga US$700 atau 28 mahkota gigi senilai US$14.000, jauh di bawah tarif Amerika Serikat yang bisa melebihi US$100.000.
Model pelayanan di klinik besar seperti Sani Dental bersifat lini perakitan—pasien berpindah antarspesialis dan laboratorium 3-D printing—sehingga cepat dan massal, namun kualitasnya diperdebatkan.
Wisatawan medis mencakup pensiunan berpenghasilan terbatas, snowbirds, hingga pasien dengan trauma gigi; mereka memanfaatkan paket hotel gratis dari klinik untuk prosedur bernilai ribuan dolar.
Asuransi gigi di Amerika Serikat terbatas; hanya perawatan preventif yang banyak ditanggung, sedangkan prosedur besar dan kosmetik jarang dibayar, menyebabkan 70 juta warga tak punya asuransi gigi.
Sejarah kedokteran gigi menunjukkan kemajuan teknis tetapi juga peningkatan biaya dan eksklusivitas, sehingga kesenjangan layanan antara kaya dan miskin makin lebar.
Ketergantungan pada makanan lunak modern membuat rahang manusia lebih pendek dan gigi berjejal, memicu permintaan ortodonti dan kosmetik meski manfaat kesehatannya minimal.
Penulis mempertimbangkan merapikan seluruh gigi dengan mahkota; tawaran di Meksiko dan Beverly Hills sama dalam tindakan tetapi berbeda drastis biaya, akhirnya ia menolak demi menjaga gigi asli.
Kisah pasien menyoroti dilema estetika versus fungsi, rasa sakit, dan risiko; namun banyak yang tetap memilih prosedur di Kota Molar karena kombinasi harga terjangkau dan harapan peningkatan martabat.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"