Efek obat antagonis reseptor NMDA ditentukan oleh kombinasi selektivitas subunit, pola ikatan (trapping vs flickering), serta jenis neuron tempat reseptor berada.
Reseptor NMDA tersusun dari dua subunit NR1 wajib dan dua subunit NR2A-D atau NR3; perbedaan subunit mengubah sensitivitas terhadap magnesium dan besar arus kalsium.
Memantine biasanya cepat lepas (flickering), tetapi pada reseptor dengan subunit NR2D yang miskin blok magnesium—umumnya pada interneuron—ia dapat menjadi trapping sehingga menimbulkan disinhibisi tanpa efek anestesi.
Ketamin adalah antagonis trapping non-selektif yang menghambat transmisi eksitatori di berbagai neuron, menghasilkan anestesi dan efek disosiatif.
Subunit NR2D mudah terperangkap karena blok magnesium lemah, memicu disinhibisi jaringan ketika antagonis NMDA mengikatnya.
Memahami tiga faktor tersebut menjelaskan mengapa obat seperti PCP, ketamin, dan memantine menunjukkan profil efek klinis yang sangat berbeda meskipun sama-sama antagonis NMDA.
Get notified when new stories are published for "Berita Peretas 🇮🇩 Bahasa Indonesia"